Selasa, 11 Februari 2014

Catatan Kecil Ende Flores


CATATAN KECIL ENDE FLORES

Tinggal di Kampung Orakeri merupakan sebuah kebanggaan tersendiri ketika kita bisa hidup membaur dengan masyarakatnya yang begitu akrab. Hidup bersama selama satu tahun demi melaksanakan tugas pemerintah dalam program SM3T (Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) untuk mengajar di SMP Negeri 6 Nangapanda di Pulau Flores membawa banyak kenangan dan pengalaman yang tak terkira. Kehidupan yang sederhana dengan situasi yang baru yang belum tentu didapatkan di tempat lain.
Kesempatan datang dan hidup selama satu tahun di Pulau Flores merupakan hal yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Ketika penempatan SM3T diumumkan dan mendapati harus bertugas di Ende, Pulau Flores, saat itu hanya bisa membayangkan serta mencari berbagai info tentang situasi di Ende. Memang saat itu masih buta tentang informasi khususnya di Kabupaten Ende. Kabupaten Ende adalah salah satu kabupaten di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur, denganluas 2.046,59 Km2 (204.660 Ha).Kabupaten ini sebelah timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Sikka, sebelah barat Kabupaten Nagekeo sedang sebelah selatan dan utara berupa laut. 
Sebelum berangkat ke Ende, kami dibekali dengan prakondisi selama sepuluh hari di Akademi Angkatan Udara (AAU) Adisutjipto di Yogyakarta untuk bekal perjalanan hidup kami selama satu tahun. Latihan fisik, mental serta materi yang kami dapatkan selama prakondisi sangat bermanfaat buat kami selama setahun di tempat penugasan.

Kamis, 11 Okt 2012
Waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB, lambaian tangan serta doa kedua orang tua dan kedua kakakku mengiringi keberangkatanku demi mengabdi sebagai pengajar SM3T tujuan Ende, Pulau Flores. Aku bersama 20 teman seperjuangan dari Yogyakarta berangkat bersama dari Bandara Adisutjipto Yogyakarta dengan menggunakan pesawat setelah sebelumnya mengikuti acara pelepasan SM3T angkatan ke-2 bersama rektor UNY. Selama perjalanan, kami disuguhkan pemandangan yang luar biasa berupa pegunungan dipadu dengan garis pantai yang memanjang terutama ketika pesawat melewati pulau Flores. Setelah 2 kali transit di Bali dan di Labuan Bajo, tidak lama akhirnya pesawat kami tiba di Kabupaten Ende. Di jam tangan, waktu menunjukan sekitar pukul 15.00 WIB yang berarti di NTT sudah pukul 16.00 WITA selisih satu jam dari Pulau Jawa. Bandara H. Hasan Aroeboesman Ende yang menjadi landasan pesawat kami merupakan tempat pertama kali aku menginjakkan kaki di tanah Flores. Betapa rasa syukur akhirnya kami bisa tiba di Pulau Flores dengan selamat.
Sore itu dari bandara langsung menuju ke kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dinas PPO) Kabupaten Ende. Tiba disana kami pun disambut oleh riangnya anak-anak Ende yang sedang bermain di halaman kantor yang begitu ramah. Di Dinas PPO, kami diberi pengarahan kemudian langsung dibagi dan dijemput oleh orang tua asuh kami masing-masing. Mama Eli dan Bapak Gusti merupakan orang tua asuhku bersama Dani dan Aji selama di Ende. Malam itu juga kami tidur di rumah orang tua asuhku yang kata orang terletak di Lorong BNI, yang memang untuk menuju ke rumah tersebut harus melewati gang yang posisinya di sebelah Bank BNI.

Sabtu, 13 Oktober 2013.
Siang itu menjadi hari yang membuat kami semua gelisah yang mana menentukan hidup kami selama satu tahun tinggal di tanah Flores. Acara penerimaan Guru SM3T di kantor bupati oleh Bupati Ende, Don Bosco M. Wangge dilanjutkan dengan pembagian sekolah tujuan penugasan. Setelah mendengarkan pembacaan laporan pembagian sekolah, akhirnya akupun mendapati bahwa SMP Negeri 6 Nangapanda di Kecamatan Nangapanda menjadi tempat pengadianku selama satu tahun. Pada waktu itu belum ada bayangan sama sekali bagaimana kondisi sekolah serta daerah sekitar.

Minggu, 14 Oktober 2013.
Pagi hari kami langsung berkemas bersiap untuk menuju daerah penugasan. Bapak Gusti mengantarkan saya dari rumah menuju Lapangan Perse (sekarang Lapangan Pancasila) tempat dimana menjadi terminal Oto Bemo (kalau di Jawa namanya Angkut). Kendaraan ini mengantarkan saya bersama Ibu Eva (teman seperjuangan) serta Pak Galih (SM3T angkatan Pertama) hingga ke pusat kota Nangapanda yang merupakan tujuan akhir kendaraan itu. Sampai di sana ternyata belum menjadi akhir tujuan perjalanan kami untuk menuju ke sekolah. Kami harus menunggu Bis Kayu/Oto Kayu (kendaraan truk yang dimodifikasi untuk mengangkut manusia) yang merupakan satu-satunya transportasi menuju tempat penugasan selain ojek. Betapa terkejutnya ketika di Jawa kendaraan truk menjadi transportasi pengangkut barang, di Flores kendaraan tersebut dimodifikasi guna mengangkut manusia. Kata orang kendaraan Bis Kayu ini disesuaikan dengan kondisi alam di tanah Flores yang keras dan sulit dilewati kendaraan pada umumnya. Bis Kayu ini berbeda dengan bis pada umumnya. Untuk naik, kita harus memanjat dari samping dan masuk melalui jendela. Selain itu, ciri khas kendaraan di Kabupaten Ende dilengkapi sound system yang digunakan untuk memutar musik dengan keras untuk menghilangkan kebosanan selama di kendaraan.
Perjalanan yang mengesankan menuju tempat tugas, yang mana kiri kanan diisuguhi dengan pemandangan yang jarang ditemui di Jawa. Tebing yang tinggi, jurang yang tajam menjadi hal yang biasa kita temui. Akhirnya setelah satu jam perjalanan, kami tiba di Kampung Orakeri yang berada di Desa Tendarea. Sore itu untuk menuju sekolah harus dilanjutkan dengan jalan kaki sekitar 200 meter. Sepanjang perjalanan, masyarakat Orakeri menyambut kami dengan ramah.
Setelah beberapa menit, kami pun akhirnya tiba di Komplek SMP Negeri 6 Nangapanda dan disambut oleh Ibu Indah (Guru SM3T angkatan pertama). Tidak pernah aku bayangkan bahwa bangunan sekolah SMP Negeri 6 Nangapanda tidak kalah bagusnya dengan yang ada di kota. Memang bangunan tersebut baru 3 tahun berdiri atas kerjasama pemerintah Indonesia dan Australia. Disekolah itu aku tinggal disebuah asrama sekolah yang sebelumnya digunakan oleh Pak Galih.

Hari-hari Ditempat Pengabdian
SMP Negeri 6 Nangapanda
SMP Negeri 6 Nangapanda (yang kadang orang menyebutnya SMP Negeri 6 Orakeri karena lokasinya berada di kampung Orakeri) menjadi tempat tugasku selama satu tahun menjadi guru SM3T. Sekolah ini berdiri pada tahun 2010 atas kerja sama pemerintah Indonesia dengan Australia. Sebuah bangunan yang tergolong baru sehingga kondisi bangunan masih bagus dan terawat dengan baik. SMP Negeri 6 Nangapanda berada tepat dipuncak sebuah bukit dengan kondisi sekitar berjurang terjal. Kondisi yang biasa kita lihat di alam Flores. Meskipun begitu, SMP ini mempunyai fasilitas lengkap seperti lapangan sepak bola dan lapangan Basket yang jarang ditemui di sekolah-sekolah lain di Kabupaten Ende.
Pagi itu, Kepala sekolah, Pak Desi (Drs. Bhago Desiderius) bersama dengan para guru, karyawan serta siswa siswi SMP Negeri 6 Nangapanda dan tamu undangan menyambut kami dengan ramah menjadi keluarga baru di sekolah tersebut. Acara pelepasan SM3T angkatan pertama (pak Galih dan Bu Indah) serta penerimaan SM3T angkatan ke 2. Aku bersama dengan ibu Eva (guru SM3T dari Unnes Semarang) dan Ibu Tessa (guru SM3T dari UNP Padang) menjadi guru SM3T angkatan kedua yang mengabdi di sekolah tersebut. Hari-hari berikutnya, kami terbiasa disibukkan dengan aktivitas sekolah pada umumnya. Mengajar menjadi aktivitas yang rutin disamping kegiatan ekstrakurikuler seperti Pramuka dan pelatihan komputer untuk siswa pada sore hari serta membimbing belajar kelompok pada malam hari.
Ketika kegiatan lomba voli se-kecamatan Nangapanda, kami ikut bangga saat SMP Negeri 6 Nangapanda mendapat trofi juara 1 dan 3. Itu adalah trofi pertama bagi sekolah yang baru berdiri tiga tahun ini. Selain itu kami juga ikut merasakan bahagia dan suka cita murid-murid kelas 3 yang berhasil lulus 100% dalam Ujian Nasional tahun 2013. Mereka adalah angkatan perdana bagi SMP Negeri 6 Nangapanda dengan jumlah 38 siswa.

Orakeri
Orakeri merupakan sebuah perkampungan yang berada di tengah pulau Flores. Nama Orakeri berasal dari kata Oda dan Kedi yang mana Oda berarti kampung atau pemukiman sedangkan Kedi berarti di atas gunung. Jadi dapat disimpulkan bahwa Odakedi berarti sebuah kampung yang berada di atas gunung. Seiring perjalanan waktu, kata Odakedi dengan sendirinya berubah ejaan menjadi Orakeri.
Orakeri terletak Desa Tendarea, Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Letak wilayah yang berada tepat di atas bukit membuat wilayah ini memiliki corak daerah yang berjurang tajam. Namun situasi ini justru membuat wilayah Orakeri menjadi sebuah tempat yang eksotis dimana pemandangan alam yang begitu indah. Sun rise yang begitu menawan dapat kita temukan setiap pagi dan sun set yang begitu elok dapat kita jumpai di sore hari. Hal ini juga dipadukan dengan kondisi masyarakat yang hidup begitu akrab serta memegang kuat agama dan budaya setempat yang membuat situasi nyaris sempurna.
Di Orakeri inilah kami tinggal bergaul dengan masyarakat yang begitu ramah dan menjunjung tinggi rasa persaudaraan. Kehidupan yang begitu alami dan terikat dengan adat dan budaya yang diwariskan nenek moyang beserta agama menjadi pedoman hidup untuk melangkah. Hal ini memberikan gambaran nyata akan keteguhan mereka untuk memegang kuat apa yang telah nenek moyang wariskan. Suatu hal yang sangat jarang kita temukan ketika kita hidup di era serba modern.
Rasa kasih sayang persaudaraan yang kuat tergambar jelas dalam beberapa acara yang sampai sekarang masih tetap berlaku dan dilaksanakan. Salah satunya yaitu acara Antar Belis yang merupakan salah satu syarat dalam rangkaian prosesi pernikahan di tanah Flores. Acara ini membuktian bahwa uang dan harta benda bukanlah segalanya dalam hidup, tetapi penghargaan untuk saling memberi antar sesama adalah tujuan utamanya dalam semangat persaudaraan. Selain itu terdapat pula acara panen padi, orang disini menyebutnya mengetam. Pada kegiatan mengetam banyak orang-orang atau keluarga yang membantu, Dalam acara ini rasa gotong royong dan persaudaraan sangat tinggi sehingga dalam kegiatan itu banyak orang yang ikut membantu. Tidak hanya itu, dalam mengetam juga ada nyayian adat yang sering dinyanyikan saat kegiatan panen padi berlangsung.
Di Orakeri mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani karena banyak lahan pertanian. Meskipun lahannya cukup terjal dengan kemiringan bisa mencapai 70o , masyarakat di sini sudah terbiasa dengan kondisi tersebut. Bahkan mereka dapat menanam padi ditempat kemiringan tersebut. Komoditaslain yang paling banyak di Orakeri adalah kemiri yang dalam bahasa disini dinamakan “feo”. Selain itu terdapat pula kopi, cengkeh, lombok/cabai, coklat, dll.
Kegiatan yang paling menarik dari sebuah acara yang digelar warga adalah disertai dengan acara bebas berupa tarian.Gawi, Jai, Tekase adalah tari-tarian yang sering dipentaskan dalam acara bebas. Kami biasa ikut bergabung untuk menari bersama dengan masyarakat. Dalam acara tersebut biasanya disertai dengan minuman keras atau dalam bahasa daerah disini adalah moke. Moke disini kata orang digunakan untuk menambah semangat dan stamina dalam tarian-tarian itu. Kadang acara bebas ini berlangsung sampai pagi hari.
Acara yang menarik juga dilakukan pada saat dilakukannya acara adat. Banyak sekali adat yang dilakukan di termasuk acara mendirikan rumah, pernikahan bahkan acara adat di sumber air bersih. Tanggal 6 September 2013, aku mengikuti acara adat yang dilakukan oleh warga kampung Orakeri di tempat sumber air bersih. Kata salah satu masyarakat, kegiatan ini digelar untuk menghormati roh nenek moyang serta menghargai keberadaan sumber air tersebut. Sumber air ini adalah satu-satunya sumber air bersih untuk Kampung Orakeri.  Air bersih disini intensitasnya tidak terlalu besar. Untuk satu kampung Orakeri yang berjumlah 75 Kepala Keluarga hanya terdapat satu aliran air dengan menggunakan selang berdiameter 5 cm. Air tersebut hanya dialirkan ke satu bak penampungan air yang jarak dari SMP Negeri 6 Nangapanda sekitar 1 km. Sehingga dengan kondisi tersebut, setiap pagi kami harus membawa jerigen berukuran 5 Liter untuk mengambil air di bak penampung tersebut. Selain itu untuk mendapatkan air bersih, kami juga menampung air hujan dengan menggunakan ember. Dengan kondisi tersebut, kami menjadi semakin tahu bahwa air yang merupakan sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup harus kita hargai dan kelola dengan baik. 
Keberadaan kami di Kampung Orakeri menjadi sorotan bagi mereka. Kami dapat dengan mudah bergaul dengan masyarakat di Orakeri karena mereka terbuka bagi para pendatang. Banyak kegiatan yang kami kerjakan bersama-sama dengan masyarakat di Orakeri seperti membangun gereja, rumah, bak penampung air, jalan dll. Selain itu kami juga mengikuti kegiatan masyarakat di kebun seperti memanen padi, cengkeh, kakao, dll. 


Kegiatan posdaya di masyarakat
Banyak sekali kegiatan yang dilakukan di penempatan selama satu tahun. Selain mengikuti kegiatan yang diadakan oleh masyarakat, aku juga berpartisipasi dalam mengadakan program posdaya baik di tingkat kecamatan maupun tingkat kabupaten. Di tingkat kecamatan, kami SM3T se-kecamatan Nangapanda berhasil mengadakan posdaya dengan tema “Kuliner Kreatif Singkong” bersama ibu-ibu PKK di Desa Rapowawo, kecamatan Nangapanda. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 11 September 2013 bertempat di SMP Negeri 4 Nangapanda. Dalam posdaya ini, tercipta 8 jenis makanan yang berbahan dasar singkong atau ubi kayu. Dalam posdaya ini, diharapkan dapat membantu ibu-ibu PKK guna mengatasi melimpahnya komoditas singkong di Ende pada umumnya.
Selain ditingkat kecamatan, posdaya juga diadakan di tingkat kabupaten. Kami SM3T UNY angkatan ke-2 penempatan Ende berhasil mengadakan seminar dengan tema “Seminar PTK dan Joyful Learning” yang bertempat di SMK Negeri Ende. Peserta seminar berjumlah sekitar 300 orang yang didominasi oleh guru di Kabupaten Ende. Seminar yang berlangsung tanggal 17 Juni 2013 ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru khususnya di Kabupaten Ende.
Selain itu SM3T juga memberikan bantuan pada saat terjadi bencana meletusnya gunung Rokatenda. Dalam acara ini SM3T dari 3 LPTK yaitu (UNY, UNNES, UNP) bersama-sama membantu para pengungsi yang berada di Kecamatan Mauroledi Kabupaten Ende. Diharapkan dengan adanya bantuan ini dapat mengurangi beban para pengungsi yang telah meninggalkan rumah dan harta benda selama beberapa hari.

Akhir....
Sungguh pengalaman yang luar biasa bisa mengabdi selama satu tahun di SMP Negeri 6 Nangapanda dan tinggal bersama-sama dengan masyarakat di Orakeri. Tangis dan tawa bersama menjadi pemersatu kami untuk tetap bertahan dalam hidup yang penuh kesederhanaan. Bahkan pengalaman yang ada di tanah Flores ini akan menjadi bekal bagi kami untuk menapaki kehidupan selanjutnya.
Jangan jadikan keterbatasan menjadi hambatan, tetapi jadikanlah keterbatasan tersebut menjadi sebuah motivasi agar kita lebih aktif, kreatif dan inovatif untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Kita tidak boleh mengeluh dalam situasi dan kondisi apapun dan kita harus selalu mensyukuri apa yang ada dan terus berusaha. Untuk mencapai sebuah kesuksesan tidak dilihat dari hasil yang dicapai, tetapi dilihat dari proses bagaimana usaha dan kerja keras kita dalam menuju puncak kesuksesan tersebut. Hidup itu tidak pernah lurus jadi pasti ada kendala-kendala yang dihadapi. Namun jika kita melaksanakan segala sesuatu dengan ikhlas dan setulus hati pasti ada hikmah di dalamnya. (yra)

Ende, Flores (Oktober 2012-September 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar