CATATAN KECIL ENDE
FLORES
Tinggal di Kampung Orakeri merupakan sebuah kebanggaan
tersendiri ketika kita bisa hidup membaur dengan masyarakatnya yang begitu
akrab. Hidup bersama selama satu tahun demi melaksanakan tugas pemerintah dalam
program SM3T (Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal)
untuk mengajar di SMP Negeri 6 Nangapanda di Pulau Flores membawa banyak
kenangan dan pengalaman yang tak terkira. Kehidupan yang sederhana dengan
situasi yang baru yang belum tentu didapatkan di tempat lain.
Kesempatan
datang dan hidup selama satu tahun di Pulau Flores merupakan hal yang tidak
pernah terbayangkan sebelumnya. Ketika penempatan SM3T diumumkan dan mendapati
harus bertugas di Ende, Pulau Flores, saat itu hanya bisa membayangkan serta
mencari berbagai info tentang situasi di Ende. Memang saat itu masih buta
tentang informasi khususnya di Kabupaten Ende. Kabupaten Ende adalah salah satu kabupaten di Pulau Flores, Provinsi
Nusa Tenggara Timur, denganluas 2.046,59 Km2 (204.660 Ha).Kabupaten ini
sebelah timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Sikka, sebelah barat
Kabupaten Nagekeo sedang sebelah selatan dan utara berupa laut.
Sebelum berangkat ke Ende, kami dibekali dengan
prakondisi selama sepuluh hari di Akademi Angkatan Udara (AAU) Adisutjipto di
Yogyakarta untuk bekal perjalanan hidup kami selama satu tahun. Latihan fisik,
mental serta materi yang kami dapatkan selama prakondisi sangat bermanfaat buat
kami selama setahun di tempat penugasan.
Kamis, 11 Okt 2012
Waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB, lambaian tangan serta
doa kedua orang tua dan kedua kakakku mengiringi keberangkatanku demi mengabdi
sebagai pengajar SM3T tujuan Ende, Pulau Flores. Aku bersama 20 teman
seperjuangan dari Yogyakarta berangkat bersama dari Bandara Adisutjipto
Yogyakarta dengan menggunakan pesawat setelah sebelumnya mengikuti acara
pelepasan SM3T angkatan ke-2 bersama rektor UNY. Selama perjalanan, kami
disuguhkan pemandangan yang luar biasa berupa pegunungan dipadu dengan garis
pantai yang memanjang terutama ketika pesawat melewati pulau Flores. Setelah 2
kali transit di Bali dan di Labuan Bajo, tidak lama akhirnya pesawat kami tiba
di Kabupaten Ende. Di jam tangan, waktu menunjukan sekitar pukul 15.00 WIB yang
berarti di NTT sudah pukul 16.00 WITA selisih satu jam dari Pulau Jawa. Bandara
H. Hasan Aroeboesman Ende yang menjadi landasan pesawat kami merupakan tempat
pertama kali aku menginjakkan kaki di tanah Flores. Betapa rasa syukur akhirnya
kami bisa tiba di Pulau Flores dengan selamat.
Sore itu dari bandara langsung menuju ke kantor Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dinas PPO) Kabupaten Ende. Tiba disana kami pun
disambut oleh riangnya anak-anak Ende yang sedang bermain di halaman kantor
yang begitu ramah. Di Dinas PPO, kami diberi pengarahan kemudian langsung
dibagi dan dijemput oleh orang tua asuh kami masing-masing. Mama Eli dan Bapak
Gusti merupakan orang tua asuhku bersama Dani dan Aji selama di Ende. Malam itu
juga kami tidur di rumah orang tua asuhku yang kata orang terletak di Lorong
BNI, yang memang untuk menuju ke rumah tersebut harus melewati gang yang
posisinya di sebelah Bank BNI.
Sabtu, 13 Oktober 2013.
Siang itu menjadi hari yang membuat kami semua gelisah
yang mana menentukan hidup kami selama satu tahun tinggal di tanah Flores.
Acara penerimaan Guru SM3T di kantor bupati oleh Bupati Ende, Don Bosco M.
Wangge dilanjutkan dengan pembagian sekolah tujuan penugasan. Setelah
mendengarkan pembacaan laporan pembagian sekolah, akhirnya akupun mendapati
bahwa SMP Negeri 6 Nangapanda di Kecamatan Nangapanda menjadi tempat
pengadianku selama satu tahun. Pada waktu itu belum ada bayangan sama sekali
bagaimana kondisi sekolah serta daerah sekitar.
Minggu, 14 Oktober 2013.
Pagi hari kami langsung berkemas bersiap untuk menuju
daerah penugasan. Bapak Gusti mengantarkan saya dari rumah menuju Lapangan
Perse (sekarang Lapangan Pancasila) tempat dimana menjadi terminal Oto Bemo
(kalau di Jawa namanya Angkut). Kendaraan ini mengantarkan saya bersama Ibu Eva
(teman seperjuangan) serta Pak Galih (SM3T angkatan Pertama) hingga ke pusat
kota Nangapanda yang merupakan tujuan akhir kendaraan itu. Sampai di sana
ternyata belum menjadi akhir tujuan perjalanan kami untuk menuju ke sekolah.
Kami harus menunggu Bis Kayu/Oto Kayu (kendaraan truk yang dimodifikasi untuk
mengangkut manusia) yang merupakan satu-satunya transportasi menuju tempat
penugasan selain ojek. Betapa terkejutnya ketika di Jawa kendaraan truk menjadi
transportasi pengangkut barang, di Flores kendaraan tersebut dimodifikasi guna
mengangkut manusia. Kata orang kendaraan Bis Kayu ini disesuaikan dengan
kondisi alam di tanah Flores yang keras dan sulit dilewati kendaraan pada
umumnya. Bis Kayu ini berbeda dengan bis pada umumnya. Untuk naik, kita harus
memanjat dari samping dan masuk melalui jendela. Selain itu, ciri khas
kendaraan di Kabupaten Ende dilengkapi sound
system yang digunakan untuk memutar musik dengan keras untuk menghilangkan
kebosanan selama di kendaraan.
Perjalanan yang mengesankan menuju tempat tugas, yang
mana kiri kanan diisuguhi dengan pemandangan yang jarang ditemui di Jawa.
Tebing yang tinggi, jurang yang tajam menjadi hal yang biasa kita temui.
Akhirnya setelah satu jam perjalanan, kami tiba di Kampung Orakeri yang berada
di Desa Tendarea. Sore itu untuk menuju sekolah harus dilanjutkan dengan jalan
kaki sekitar 200 meter. Sepanjang perjalanan, masyarakat Orakeri menyambut kami
dengan ramah.
Setelah beberapa menit, kami pun akhirnya tiba di Komplek
SMP Negeri 6 Nangapanda dan disambut oleh Ibu Indah (Guru SM3T angkatan
pertama). Tidak pernah aku bayangkan bahwa bangunan sekolah SMP Negeri 6
Nangapanda tidak kalah bagusnya dengan yang ada di kota. Memang bangunan
tersebut baru 3 tahun berdiri atas kerjasama pemerintah Indonesia dan
Australia. Disekolah itu aku tinggal disebuah asrama sekolah yang sebelumnya
digunakan oleh Pak Galih.
Hari-hari Ditempat Pengabdian
SMP Negeri 6 Nangapanda
SMP Negeri 6 Nangapanda (yang kadang orang menyebutnya
SMP Negeri 6 Orakeri karena lokasinya berada di kampung Orakeri) menjadi tempat
tugasku selama satu tahun menjadi guru SM3T. Sekolah ini berdiri pada tahun
2010 atas kerja sama pemerintah Indonesia dengan Australia. Sebuah bangunan
yang tergolong baru sehingga kondisi bangunan masih bagus dan terawat dengan
baik. SMP Negeri 6 Nangapanda berada tepat dipuncak sebuah bukit dengan kondisi
sekitar berjurang terjal. Kondisi yang biasa kita lihat di alam Flores.
Meskipun begitu, SMP ini mempunyai fasilitas lengkap seperti lapangan sepak
bola dan lapangan Basket yang jarang ditemui di sekolah-sekolah lain di
Kabupaten Ende.
Pagi itu, Kepala sekolah, Pak Desi (Drs. Bhago
Desiderius) bersama dengan para guru, karyawan serta siswa siswi SMP Negeri 6
Nangapanda dan tamu undangan menyambut kami dengan ramah menjadi keluarga baru
di sekolah tersebut. Acara pelepasan SM3T angkatan pertama (pak Galih dan Bu
Indah) serta penerimaan SM3T angkatan ke 2. Aku bersama dengan ibu Eva (guru
SM3T dari Unnes Semarang) dan Ibu Tessa (guru SM3T dari UNP Padang) menjadi
guru SM3T angkatan kedua yang mengabdi di sekolah tersebut. Hari-hari
berikutnya, kami terbiasa disibukkan dengan aktivitas sekolah pada umumnya.
Mengajar menjadi aktivitas yang rutin disamping kegiatan ekstrakurikuler
seperti Pramuka dan pelatihan komputer untuk siswa pada sore hari serta
membimbing belajar kelompok pada malam hari.
Ketika kegiatan lomba voli se-kecamatan Nangapanda, kami
ikut bangga saat SMP Negeri 6 Nangapanda mendapat trofi juara 1 dan 3. Itu
adalah trofi pertama bagi sekolah yang baru berdiri tiga tahun ini. Selain itu
kami juga ikut merasakan bahagia dan suka cita murid-murid kelas 3 yang
berhasil lulus 100% dalam Ujian Nasional tahun 2013. Mereka adalah angkatan
perdana bagi SMP Negeri 6 Nangapanda dengan jumlah 38 siswa.
Orakeri
Orakeri merupakan sebuah
perkampungan yang berada di tengah pulau Flores. Nama Orakeri berasal dari kata
Oda dan Kedi yang mana Oda berarti kampung atau pemukiman sedangkan Kedi
berarti di atas gunung. Jadi dapat disimpulkan bahwa Odakedi berarti sebuah
kampung yang berada di atas gunung. Seiring perjalanan waktu, kata Odakedi
dengan sendirinya berubah ejaan menjadi Orakeri.
Orakeri terletak Desa Tendarea,
Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Letak
wilayah yang berada tepat di atas bukit membuat wilayah ini memiliki corak
daerah yang berjurang tajam. Namun situasi ini justru membuat wilayah Orakeri
menjadi sebuah tempat yang eksotis dimana pemandangan alam yang begitu indah. Sun rise yang begitu menawan dapat kita
temukan setiap pagi dan sun set yang
begitu elok dapat kita jumpai di sore hari. Hal ini juga dipadukan dengan
kondisi masyarakat yang hidup begitu akrab serta memegang kuat agama dan budaya
setempat yang membuat situasi nyaris sempurna.
Di Orakeri inilah kami tinggal bergaul dengan masyarakat
yang begitu ramah dan menjunjung tinggi rasa persaudaraan. Kehidupan yang
begitu alami dan terikat dengan adat dan budaya yang diwariskan nenek moyang
beserta agama menjadi pedoman hidup untuk melangkah. Hal ini memberikan
gambaran nyata akan keteguhan mereka untuk memegang kuat apa yang telah nenek
moyang wariskan. Suatu hal yang sangat jarang kita temukan ketika kita hidup di
era serba modern.
Rasa kasih sayang persaudaraan yang kuat tergambar jelas
dalam beberapa acara yang sampai sekarang masih tetap berlaku dan dilaksanakan.
Salah satunya yaitu acara Antar Belis yang merupakan salah satu syarat dalam
rangkaian prosesi pernikahan di tanah Flores. Acara ini membuktian bahwa uang
dan harta benda bukanlah segalanya dalam hidup, tetapi penghargaan untuk saling
memberi antar sesama adalah tujuan utamanya dalam semangat persaudaraan. Selain
itu terdapat pula acara panen padi, orang disini menyebutnya mengetam.
Pada kegiatan mengetam banyak
orang-orang atau keluarga
yang membantu, Dalam acara ini
rasa gotong royong dan persaudaraan sangat tinggi sehingga dalam kegiatan itu banyak orang yang ikut membantu. Tidak hanya itu, dalam mengetam juga ada nyayian adat yang
sering dinyanyikan saat kegiatan panen padi berlangsung.
Di
Orakeri mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani karena banyak lahan pertanian. Meskipun lahannya cukup terjal dengan kemiringan bisa
mencapai 70o , masyarakat di sini sudah terbiasa dengan kondisi
tersebut. Bahkan mereka dapat menanam padi ditempat kemiringan tersebut. Komoditaslain yang paling banyak di Orakeri adalah kemiri yang dalam bahasa disini dinamakan “feo”. Selain itu terdapat pula
kopi, cengkeh, lombok/cabai, coklat, dll.
Kegiatan yang paling menarik dari sebuah acara yang
digelar warga adalah disertai dengan acara bebas berupa tarian.Gawi, Jai,
Tekase adalah tari-tarian yang sering dipentaskan dalam acara bebas. Kami biasa
ikut bergabung untuk menari bersama dengan masyarakat. Dalam acara tersebut
biasanya disertai dengan minuman keras atau dalam bahasa daerah disini adalah moke. Moke disini kata orang digunakan
untuk menambah semangat dan stamina dalam tarian-tarian itu. Kadang acara bebas
ini berlangsung sampai pagi hari.
Acara yang menarik juga dilakukan pada saat dilakukannya
acara adat. Banyak sekali adat yang dilakukan di termasuk acara mendirikan
rumah, pernikahan bahkan acara adat di sumber air bersih. Tanggal 6 September
2013, aku mengikuti acara adat yang dilakukan oleh warga kampung Orakeri di
tempat sumber air bersih. Kata salah satu masyarakat, kegiatan ini digelar
untuk menghormati roh nenek moyang serta menghargai keberadaan sumber air
tersebut. Sumber air ini adalah satu-satunya sumber air bersih untuk Kampung
Orakeri. Air bersih disini intensitasnya
tidak terlalu besar. Untuk satu kampung Orakeri yang berjumlah 75 Kepala
Keluarga hanya terdapat satu aliran air dengan menggunakan selang berdiameter 5
cm. Air tersebut hanya dialirkan ke satu bak penampungan air yang jarak dari
SMP Negeri 6 Nangapanda sekitar 1 km. Sehingga dengan kondisi tersebut, setiap
pagi kami harus membawa jerigen berukuran 5 Liter untuk mengambil air di bak
penampung tersebut. Selain itu untuk mendapatkan air bersih, kami juga
menampung air hujan dengan menggunakan ember. Dengan kondisi tersebut, kami
menjadi semakin tahu bahwa air yang merupakan sumber kehidupan bagi semua
makhluk hidup harus kita hargai dan kelola dengan baik.
Keberadaan kami di Kampung Orakeri menjadi sorotan bagi
mereka. Kami dapat dengan mudah bergaul dengan masyarakat di Orakeri karena
mereka terbuka bagi para pendatang. Banyak kegiatan yang kami kerjakan
bersama-sama dengan masyarakat di Orakeri seperti membangun gereja, rumah, bak
penampung air, jalan dll. Selain itu kami juga mengikuti kegiatan masyarakat di
kebun seperti memanen padi, cengkeh, kakao, dll.
Kegiatan posdaya di masyarakat
Banyak sekali kegiatan yang dilakukan di penempatan
selama satu tahun. Selain mengikuti kegiatan yang diadakan oleh masyarakat, aku
juga berpartisipasi dalam mengadakan program posdaya baik di tingkat kecamatan
maupun tingkat kabupaten. Di tingkat kecamatan, kami SM3T se-kecamatan
Nangapanda berhasil mengadakan posdaya dengan tema “Kuliner Kreatif Singkong”
bersama ibu-ibu PKK di Desa Rapowawo, kecamatan Nangapanda. Kegiatan ini
dilaksanakan pada tanggal 11 September 2013 bertempat di SMP Negeri 4
Nangapanda. Dalam posdaya ini, tercipta 8 jenis makanan yang berbahan dasar
singkong atau ubi kayu. Dalam posdaya ini, diharapkan dapat membantu ibu-ibu
PKK guna mengatasi melimpahnya komoditas singkong di Ende pada umumnya.
Selain ditingkat kecamatan, posdaya juga diadakan di
tingkat kabupaten. Kami SM3T UNY angkatan ke-2 penempatan Ende berhasil
mengadakan seminar dengan tema “Seminar PTK dan Joyful Learning” yang bertempat
di SMK Negeri Ende. Peserta seminar berjumlah sekitar 300 orang yang didominasi
oleh guru di Kabupaten Ende. Seminar yang berlangsung tanggal 17 Juni 2013 ini
bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru khususnya di Kabupaten Ende.
Selain itu SM3T juga memberikan bantuan pada saat terjadi
bencana meletusnya gunung Rokatenda. Dalam acara ini SM3T dari 3 LPTK yaitu
(UNY, UNNES, UNP) bersama-sama membantu para pengungsi yang berada di Kecamatan
Mauroledi Kabupaten Ende. Diharapkan dengan adanya bantuan ini dapat mengurangi
beban para pengungsi yang telah meninggalkan rumah dan harta benda selama
beberapa hari.
Akhir....
Sungguh pengalaman yang luar biasa bisa mengabdi selama satu
tahun di SMP Negeri 6 Nangapanda dan tinggal bersama-sama dengan masyarakat di
Orakeri. Tangis dan tawa bersama menjadi pemersatu kami untuk tetap bertahan
dalam hidup yang penuh kesederhanaan. Bahkan pengalaman yang ada di tanah
Flores ini akan menjadi bekal bagi kami untuk menapaki kehidupan selanjutnya.
Jangan jadikan keterbatasan menjadi hambatan, tetapi jadikanlah keterbatasan
tersebut menjadi sebuah motivasi agar kita lebih aktif, kreatif dan inovatif untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Kita tidak boleh mengeluh dalam situasi dan kondisi apapun dan kita harus selalu mensyukuri apa yang
ada dan terus berusaha. Untuk mencapai sebuah kesuksesan tidak dilihat dari
hasil yang dicapai, tetapi dilihat dari proses
bagaimana usaha dan kerja keras kita dalam menuju puncak kesuksesan tersebut. Hidup itu tidak pernah lurus jadi pasti ada kendala-kendala yang
dihadapi. Namun jika kita melaksanakan segala sesuatu dengan ikhlas dan setulus hati pasti ada hikmah di dalamnya. (yra)
Ende, Flores (Oktober 2012-September 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar