KAMPUNG BENA
Kampung
Bena adalah salah satu perkampungan megalitikum yang terletak di Pulau Flores,
Nusa Tenggara Timur. Tepatnya di Desa Tiwuriwu, Kecamatan Aimere, 19 km selatan
Bajawa ibukota Kabupaten Ngada.[1]
Bertengger dengan berporoskan pada Gunung Inerie (2.245 mdpl), Kampung Bena di
Bajawa adalah salah satu dari desa tradisional Flores yang masih tersisa
meninggalkan jejak-jejak budaya megalit yang mengagumkan. Keberadaannya di
bawah gunung merupakan ciri khas masyarakat lama pemuja gunung sebagai tempat
para dewa.
Kehidupan
di Kampung Bena dipertahankan bersama budaya zaman batu yang tidak banyak
berubah sejak 1.200 tahun yang lalu. Kampung ini saat ini terdiri kurang lebih
40 buah rumah yang saling mengelilingi. Badan kampung tumbuh memanjang, dari utara ke
selatan. Pintu masuk kampung hanya dari utara. Sementara ujung lainnya di
bagian selatan sudah merupakan puncak sekaligus tepi tebing terjal.[2]
Kampung
Bena juga memiliki halaman luas yang disebut kisanantha, atau ruang publik
berupa halaman yang merupakan orientasi setiap kegiatan ritual. Di sini
terdapat sejumlah bangunan yang disakralkan masyarakat sebagai perwajahan
leluhur mereka, ngadhu dan bagha. Ngadhu merupakan simbol perwajahan leluhur
laki-laki, bangunannya menyerupai payung
sedangkan bagha semacam miniature rumah sebagai perlambang perwajahan leluhur
perempuan.[3]
Di
Kampung Bena ada 9 suku yang menghuni secara rukun, yaitu: suku Dizi, suku Dizi
Azi, suku Wahto, suku Deru Lalulewa, suku Deru Solamae, suku Ngada, suku Khopa,
dan suku Ago. Masing-masing suku
memiliki rumah yang secara morfologi bentuk bangunannya adalah rumah panggung. Pembeda
antara satu suku dengan suku lainnya adalah adanya tingkatan sebanyak 9 buah.
Setiap satu suku berada dalam satu tingkat ketinggian. Rumah suku Bena sendiri
berada di tengah-tengah. Karena suku Bena dianggap suku yang paling tua dan
pendiri kampung maka karena itu pula dinamai dengan nama Bena.[4]
Kampung
Bena sama sekali belum tersentuh kemajuan teknologi. Arsitektur bangunannya
masih sangat sederhana dan tetap terjaga. Hingga kini pola kehidupan serta
budaya masyarakatnya tidak banyak berubah. Dimana masyarakatnya masih memegang
teguh adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Kehidupan yang
luar biasa dimana keramahan penduduknya dipadu dengan budaya yang tetap terjaga
tanpa tersentuh arus modernisasi.(yra)
9 Juli 2013
[1] id.m.wikipedia.org/wiki/Kampung_Bena, diakses tgl. 13 Februari 2014
[2] Ibid.
[3] www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberita&kid=15&id=7271,
diakses tgl. 13 Februari 2014
[4] travel.kompas.com/read/2012/02/22/1935413/Bena.Kemegahan.Warisan.Budaya.Zaman.Batu.di.Flores,
diakses tgl. 13 Februari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar