Gotongroyong Bersih
Kebun Padi di Worowatu
Kamis, 7
Februari 2013
“Mbana emba Pak Iken?” ucapku pada pak Iken
yang saat itu dengan sebilah parang yang diikat di pinggangnya seperti bersiap
pergi ke kebun.
“Mai
Pak Yovi kita pergi kebun
di bawah worowatu sana” ajak Pak Iken kepadaku.
Gb.
Pak Iken dengan sebilah parang diikat dipinggang.
Pak
Iken adalah salah seorang guru di SMP Negeri 6 Nangapanda yang mengajar TIK. Ya,
siang itu setelah sepulang sekolah akhirnya kegiatan ku ikut pak Iken pergi ke kebun
di bawah Worowatu. Worowatu adalah sebuah kampung yang menjadi tempat asal Bu
Alin, istri Pak Iken yang juga salah seorang guru di SMP yang sama. Saat itu
sedang ada kerja bakti membersihkan kebun disalah satu keluarga ibu Alin di
Worowatu. Untuk pergi ke kebun tersebut, kami harus menempuh perjalanan kurang
lebih 1 jam dengan jalan kaki. Siang yang cukup terik kulalui bersama pak Iken
dengan menembus hutan yang memang sudah dijadikan warga sebagai kebun, baik
kebun kakao, kemiri maupun padi.
“Pak
Yovi haus tidak? Kalau haus kita minum ae kelapa dulu e?” ajak pak Iken untuk
minum air kelapa.
“ada
kelapa pak Iken?” sahutku.
“Itu
kelapa di bawah sana biar saya yang panjat” ucap pak Iken sambil menunjuk pohon
kelapa.
Akhirnya
pak Iken pun memanjat pohon kelapa yang memang lumayan cukup tinggi. Ah,
kebetulan memang saat itu tenggorokanku benar-benar kering akibat teriknya
cuaca siang itu.
Gb.
Dengan cekatan, pak iken memanjat pohon kelapa.
2
butir kelapa muda dipetik oleh pak Iken, dan dengan sebilah parangnya kelapa
tersebut dibelah dan siap untuk disantap. Rasa segar air kelapa hijau dengan
daging buahnya yang pas untuk disantap siang itu.
Gb.
Pak Iken sedang membelah buah kelapa
Akhirnya
rasa haus pun terobati oleh kelapa muda tersebut. Perjalanan kami lanjutkan
dengan menuruni bukit.
“Pak
Yovi, di bawah sana ada aliran sungai yang jernih. Nanti kita bisa mandi di
sana” ucap pak iken yang memberi tau kalau ada aliran sungai di bawah bukit
yang semakin membuat penasaran untuk segera tiba di sungai tersebut.
Dan
benar saja tidak lama kemudian terdengar suara gemercik air aliran sungai, dan
mulai terllihat kilauan air yang memang sangat jernih. Bak oase digurun pasir,
akibat panas suhu saat itu saya pun kegirangan dan langsung menceburkan kaki
dan membasuh wajah. Hhhaaa...segar bukan main. Selama berada di Orakeri, saat
itulah pertama kali melihat aliran sungai yang cukup bersih. Segarnya air
sungai itupun mengobati rasa lelahku sepanjang perjalanan yang begitu panas
akibat terik matahari siang tu.
Gb.
Berendam dulu biar segerrr.
Sekitar
15 menit bermain air disana, kamipun kemudian melanjutkan perjalanan menuju
kebun tujuan kami. Tidak lama perjalanan kami telah sampai. Terlihat sebuah
rumah berdinding plupuh (bambu yang di pecah) dan beratap seng. Seperti sebuah
gubuk di tengah kebun sebagai tempat memasak dan beristirahat setelah seharian
bekerja.
“Selamat
siang bapaak, mamaa” sapa ku terhadap bapak-bapak dan mama-mama yang sedang
beristirahat dibawah pohon kakao.
“Oee..selamat
siang pak guruu... mai” ucap salah satu bapak menjawab sapaku.
Gb.
Gubug sebagai tempat istirahat dan memasak.
Saat
itu memang pas jam makan siang sehingga mereka sudah berkumpul di rumah tersebut
untuk istirahat sembari menunggu makan siang disiapkan oleh mama-mama yang
bertugas di dapur. Kami berdua disambut dengan ramah khas orang Flores. Ah,
memang membuat saya betah berbincang dan bercengkrama bersama orang-orang
flores.
Gb.
Menu makan siang.
“Mai
Pak Yovi, kita ka udu e”ajak salah satu bapak untuk ikut gabung menyantap menu
makan siang bersama.
Sepiring
nasi dan sepiring sayur buah labu serta beberapa potongan ayam dan belut
menjadi menu kami siang itu. Belut tersebut adalah hasil mancing semalam di
sungai.
“Pak
Yovi, untuk tangkap belut disini mudah. Kita tinggal kasih kail dengan umpan
cacing dan taruh pancing di sungai semalam, pagi tinggal kita ambil itu pancing
pasti dapat belut” kata salah satu bapak di sana menceritakan bagaimana
menangkap belut.
“Iya
kah bapak, wah mudah sekali” sahutku.
“Pak
Yovi kalau mau nanti pulang bawa dengan belut biar ibu diatas yang masak” kata
salah seorang bapak.
“Iya
Bapak, terimakasih” ucapku.
“Ok,
mai sekarang kita makan” tambah bapak itu.
Nyammm....
dengan lahapnya menu siang itu terasa sangat nikmat. Jadi teringat lagunya
Slank “makan gak makan asal kumpul”. Ngumpul + makan = istimewa. Ya saat itu
bagiku terasa istimewa karena bisa berkumpul dengan orang-orang Worowatu di
kebun sambil menyantap hidangan khas. Dan sepiring penuh nasi ukuran Flores,
sepiring sayur buah labu serta lauk tidak terasa habis kusantap.
Gb.
Nikmatnya setelah makan duduk dibawah pohon sambil menikmati hembusan angin di
siang yang terik itu.
Makan
selesai...waktunya kembali kerja...Bapak-bapak dan mama-mama kembali menuju
kebun padi..
“Mai
pak Yovi ikut ke atas nanti pak Yovi tunggu di bawah pohon kemiri di atas sana”
ajak Pak Iken.
Akhirnya
saya hanya menunggu di bawah pohon kemiri yang teduh sambil mengamati mereka
bekerja. Sedikit bosan, ternyata lama juga mereka kerja kebun. Tapi tak apalah,
semua terbayar lunas dengan pemandangan di depan mata yang indah khas Flores.
Gb.
Mereka sedang sibuk bekerja dan saya hanya asik memfoto..hhhee..
Gb. Berfoto bersama...
Waktu
menunjukkan pukul 16.30 WITA, dan sebagian sudah turun menuju rumah kebun untuk
bersiap pulang menuju Worowatu. Sebelum pulang suguhan yang tidak pernah
terlewatkan adalah Kopi Flores. Kopi khas dari Flores yang menjadi menu wajib
dalam setiap kegiatan apapun. Kebersamaan terasa hambar ketika menu istimewa
yang satu ini tidak ada.
Gb.
Rasa lelah hilang setelah menyeruput kopi Flores.
Akhirnya sore itu saya
dan pak Iken berpamitan untuk pulang dulu. Tidak lupa saya diberi satu kantong
plastik yang berisi belut sesuai tawaran bapak tadi.
“Bapaak, mamaa kami
pulang dulu, terima kasih sudah dikasih belut” pamitku kepada bapak-mama
disana.
“Iya pak guru,
mbeo-mbeo. Nanti waktu panen maen-maen lagi” ucap salah satu bapak.
Gb.
Narsis dulu sebelum meninggalkan kebun.. :D
Setelah
berpamitan dengan para warga, saya dan pak Iken bergegas pulang melalui jalan
yang tadi kita lalui ketika berangkat. Dan akhirnya kami mandi di sungai yang
tadi, serta tidak lupa melaksanakan kewajibanku sebagai seorang muslim yaitu
shalat ashar.
Gb.
Shalat ashar di tepi sungai
Selesai
mandi dan shalat, kami bergegas pulang hingga sampai rumah petang. Ya...sekali
lagi pengalaman yang luar biasa kudapatkan dari tanah Flores. Kesederhanaan,
kebersamaan, dan gotong royong saling membantu menjadi pelajaran yang sangat
berharga bagiku. Terimakasih Pak Iken, Terimakasih masyarakat Worowatu telah
memberi kesempatan padaku untuk mendapatkan pelajaran yang sangat berharga ini.
(yra)